02/06/16

Suku Bawean

Suku Bawean
Pulau Bawean juga disebut pulau Majdi, istilah berbahasa Arab 
maujudi, yang berarti ada-sebagai temuan.Pulau Bawean juga disebut juga pulau 
majdi, istilah bahasa Arab, maujudi, yang berarti ada sebagai temuan. Dari segi ini 
Bawean merupakan pulau bertemunya berbagai macam etnis dan budaya dari 
berbagai macam etnis dan budaya dari berbagai kawasan, kemudian dalam prosesi 

sejarah berbentuk apa yang disebut dengan budaya Bawean. Bawean memiliki sebutan-sebutan tersendiri diantaranya Pulau Majdi, Pulau Majeti, Pulau Baweyan, pulau Bawean, pulau Boyan, Pulau Datok, Pulau Putri, dan Tripardikan . masyarakat Bawean dikenal sebagai perantau karena sejak zaman nenek moyangnya sudah diajarkan budaya merantau.

Analisa Suku Bawean
Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 80 Mil atau 120 kilometer sebelah utara Gresik. letak geografis yang didiami oleh suku Bawean ini memiliki sumber potensi yang bagus yang daiantaranya ada air pamas Sangkapura, air terjun kodhuk-kodhuk, penangkaran Rusa bawean. karena memang yang khas disini adalah spesies Rusa yang terdapat di Bawean. masyarakat Bawean merupakan pembauran beberapa suku yang berasal dari Jawa, Kalimantan,Sulawesi, Sumatera dan Madura termasuk budaya dan bahasanya. Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau petani selain juga menjadi TKI di Malaysia dan Singapura. Etnis mayoritas penduduk Bawean adalah Suku Bawean, diikuti oleh Suku Jawa, Madura dan suku-suku lain misalnya Bugis, Mandar dan Palembang. 
Mayoritas penduduk Bawean beragama Islam, sedangkan penduduk nonMuslim biasanya adalah para pendatang. Yang khas dari Bawean adalah batu onyx. Sejenis batu marmer.

Interaksi Suku Bawean
 Kata Bawean berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti ada sinar matahari. Menurut legenda, sekitar tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit. Awal abad ke-16, agama Islam masuk ke Bawean yang dibawa oleh Maulana Umar Mas'ud. Makamnya hingga kini merupakan tujuan peziarah lokal maupun dari luar Bawean. Bahasa pertuturan mereka adalah bahasa Bawean. Bukannya bahasa Madura seperti yg dimaklumkan sebelum ini. Bangsa Madura adalah bangsa pendatang di kepulauan Bawean. Sehingga dapat dikatakan  
 7
budaya Madura Bawean adalah hasil akulturasi masyarakat pendatang Madura dengan masyarakat Jawa. Namun di Bawean membentuk pola budaya yang berbeda dengan budaya Pandalungan, walaupun sama-sama hasil akulturasi dominasi Jawa Madura. Budaya Bawean juga dipengaruhi masyarakat pendatang dari etnik Mandailing dan Bugis. 
Legenda Pulau Bawean
Pulau Bawean, yang terpencil di Laut Jawa dan  termasuk wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur, memiliki sejumlah legenda yamg mengandung kisah-kisah misteri dan kesaktian. Dalam legenda, Pulau Bawean dikenal dengan nama Pulau Majeti. Pulau tsb. dijadikan tempat berlabuh pertama kali tokoh kebudayaan (culture hero) Ajisaka, sebelum tokoh budaya itu melanjutkan pengembaraannya  ke Pulau Jawa. Itulah sebabnya, Pulau Bawean, berdasarkan legenda, memiliki hubungan sejarah pembudayaan dengan Pulau Jawa. Pulau Bawean juga dikenal sebagai pulau sakti . Dalam legenda, di sana pernah hidup tokoh sakti, binatang sakti, pohon sakti, bahkan diyakini masih tersimpan pusaka sakti (keris Nogososro dan Sabuk Inten milik tokoh Jaka Tingkir), serta benda-benda bertuah  peninggalan para tokoh historis yang datang ke pulau itu.
Seluruh kehidupan masyaralat manusia dimulai dengan keadaan jahiliah. Kemudian, datang tokoh pembawa kebudayaan (culture hero), yang umumnya datang dari luar masyarakat itu, yang berperan mengubah tingkatan hidup jahiliah menjadi kehidupan yang beradab (civilized). Hancurnya kehidupan jahiliah diungkapkan dalam cerita legenda, tokoh raja (manusia/raksasa) mati atau berubah wujud menjadi binatang. Kehidupan yang tidak beradab itu, dalam legenda lain, digambarkan sebagai tempat yang sangat berbahaya dan dihuni oleh jenis makhluk halus. Maka, binatang atau manusia pasti akan menemui ajalnya jika mendatangi tempat tersebut.

Dalam legenda pulau Bawean ada tiga raja jahiliyah yaitu. Kemudian ada tokoh kebudayaaan(cultur hero), yaitu juju Campa dan Waliyah Zainab. Kemudian tokoh ajisaka itu memiliki tokoh pembantu Dora, Sembada, Duga, Prayoga. Tokoh pembantu ajisaka yang paling terkenal ialah Dora dan Sembada yang kemudian makamnya drawat dan dijaga oleh masyarakat Bawean. Cara menghormatinya ialah dengan cara membuat kuburan panjang, juga dengan cara  menguburkan jenazah di tempat tinggi . setiap legenda juga mempunyai putri raja yang cantik begitu pula dengan legenda pulau Bawean. Dalam legenda pulau Bawean ada seorang putri Raja yang cantik bernama Dewi Sri Ayu Fatimah. Dalam legenda Bawean, tokoh Dewi Sri Ayu Fatinah meminta didatangkan malokok (beras menir) yang banyak sekali. Karena kesaktian pemuda Cokro, timbunan malokok yang diminta sang putri merupakan bukit, dan kini berubah menjadi Gunung Malokok.
Scrap Guide Book Tentang Perjalanan Pulau Bawean
Scrapguidebook adalah sebuah buku yang berfungsi sebagai pemberi informasi mengenai beberapa hal secara spesifik yang diceritakan pelaku atau penulis tentang perjalanannya selama dia berkunjung ke suatu tempat yang dikunjungi. Buku yang digunakan sebagai buku panduan wisata pulau Bawean adalah Scrapguidebook masih termasuk dalam kategori Travel guidebook.
Pulau Bawean memiliki sejumlah daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata yang dapat menarik wisata domestic maupun internasional khususnya wisata bahari. Sebagai kawasan wisata khususnya wisata bahari kegiatan yang banyak diminati di kawasan ini adalah olahraga “diving” atau menyelam.Perancangan scrapguidebook “Destination to Bawean Island” ini bertujuan agar dapat menarik para wisatawan domestik maupun mancanegara dan membantu  memberikan kemudahan para wisatawan yang akan berwisata ke pulau Bawean. 

0 komentar:

Posting Komentar