Suku Bawean
Pulau Bawean juga disebut pulau Majdi, istilah berbahasa Arab
maujudi, yang berarti ada-sebagai temuan.Pulau Bawean juga disebut juga pulau
majdi, istilah bahasa Arab, maujudi, yang berarti ada sebagai temuan. Dari segi ini
Bawean merupakan pulau bertemunya berbagai macam etnis dan budaya dari
berbagai macam etnis dan budaya dari berbagai kawasan, kemudian dalam prosesi
sejarah berbentuk apa yang disebut dengan budaya Bawean. Bawean memiliki sebutan-sebutan tersendiri diantaranya Pulau Majdi, Pulau Majeti, Pulau Baweyan, pulau Bawean, pulau Boyan, Pulau Datok, Pulau Putri, dan Tripardikan . masyarakat Bawean dikenal sebagai perantau karena sejak zaman nenek moyangnya sudah diajarkan budaya merantau.
Analisa Suku Bawean
Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 80 Mil atau 120 kilometer sebelah utara Gresik. letak geografis yang didiami oleh suku Bawean ini memiliki sumber potensi yang bagus yang daiantaranya ada air pamas Sangkapura, air terjun kodhuk-kodhuk, penangkaran Rusa bawean. karena memang yang khas disini adalah spesies Rusa yang terdapat di Bawean. masyarakat Bawean merupakan pembauran beberapa suku yang berasal dari Jawa, Kalimantan,Sulawesi, Sumatera dan Madura termasuk budaya dan bahasanya. Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau petani selain juga menjadi TKI di Malaysia dan Singapura. Etnis mayoritas penduduk Bawean adalah Suku Bawean, diikuti oleh Suku Jawa, Madura dan suku-suku lain misalnya Bugis, Mandar dan Palembang.
Mayoritas penduduk Bawean beragama Islam, sedangkan penduduk nonMuslim biasanya adalah para pendatang. Yang khas dari Bawean adalah batu onyx. Sejenis batu marmer.
Interaksi Suku Bawean
Kata Bawean berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti ada sinar matahari. Menurut legenda, sekitar tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit. Awal abad ke-16, agama Islam masuk ke Bawean yang dibawa oleh Maulana Umar Mas'ud. Makamnya hingga kini merupakan tujuan peziarah lokal maupun dari luar Bawean. Bahasa pertuturan mereka adalah bahasa Bawean. Bukannya bahasa Madura seperti yg dimaklumkan sebelum ini. Bangsa Madura adalah bangsa pendatang di kepulauan Bawean. Sehingga dapat dikatakan
7
budaya Madura Bawean adalah hasil akulturasi masyarakat pendatang Madura dengan masyarakat Jawa. Namun di Bawean membentuk pola budaya yang berbeda dengan budaya Pandalungan, walaupun sama-sama hasil akulturasi dominasi Jawa Madura. Budaya Bawean juga dipengaruhi masyarakat pendatang dari etnik Mandailing dan Bugis.
Legenda Pulau Bawean
Pulau
Bawean, yang terpencil di Laut Jawa dan
termasuk wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur, memiliki sejumlah legenda
yamg mengandung kisah-kisah misteri dan kesaktian. Dalam legenda, Pulau Bawean
dikenal dengan nama Pulau Majeti. Pulau tsb. dijadikan tempat berlabuh pertama
kali tokoh kebudayaan (culture hero) Ajisaka, sebelum tokoh budaya itu
melanjutkan pengembaraannya ke Pulau
Jawa. Itulah sebabnya, Pulau Bawean, berdasarkan legenda, memiliki hubungan
sejarah pembudayaan dengan Pulau Jawa. Pulau Bawean juga dikenal sebagai pulau
sakti . Dalam legenda, di sana pernah hidup tokoh sakti, binatang sakti, pohon
sakti, bahkan diyakini masih tersimpan pusaka sakti (keris Nogososro dan Sabuk
Inten milik tokoh Jaka Tingkir), serta benda-benda bertuah peninggalan para tokoh historis yang datang
ke pulau itu.
Seluruh
kehidupan masyaralat manusia dimulai dengan keadaan jahiliah. Kemudian, datang
tokoh pembawa kebudayaan (culture hero), yang umumnya datang dari luar
masyarakat itu, yang berperan mengubah tingkatan hidup jahiliah menjadi
kehidupan yang beradab (civilized). Hancurnya kehidupan jahiliah diungkapkan
dalam cerita legenda, tokoh raja (manusia/raksasa) mati atau berubah wujud
menjadi binatang. Kehidupan yang tidak beradab itu, dalam legenda lain,
digambarkan sebagai tempat yang sangat berbahaya dan dihuni oleh jenis makhluk
halus. Maka, binatang atau manusia pasti akan menemui ajalnya jika mendatangi
tempat tersebut.
Dalam
legenda pulau Bawean ada tiga raja jahiliyah yaitu. Kemudian ada tokoh
kebudayaaan(cultur hero), yaitu juju Campa dan Waliyah Zainab. Kemudian tokoh
ajisaka itu memiliki tokoh pembantu Dora, Sembada, Duga, Prayoga. Tokoh
pembantu ajisaka yang paling terkenal ialah Dora dan Sembada yang kemudian
makamnya drawat dan dijaga oleh masyarakat Bawean. Cara menghormatinya ialah
dengan cara membuat kuburan panjang, juga dengan cara menguburkan jenazah di tempat tinggi . setiap
legenda juga mempunyai putri raja yang cantik begitu pula dengan legenda pulau
Bawean. Dalam legenda pulau Bawean ada seorang putri Raja yang cantik bernama
Dewi Sri Ayu Fatimah. Dalam legenda Bawean, tokoh Dewi Sri Ayu Fatinah meminta
didatangkan malokok (beras menir) yang banyak sekali. Karena kesaktian pemuda
Cokro, timbunan malokok yang diminta sang putri merupakan bukit, dan kini
berubah menjadi Gunung Malokok.
Scrap Guide Book Tentang Perjalanan Pulau Bawean
Scrapguidebook adalah
sebuah buku yang berfungsi sebagai pemberi informasi mengenai beberapa hal
secara spesifik yang diceritakan pelaku atau penulis tentang perjalanannya
selama dia berkunjung ke suatu tempat yang dikunjungi. Buku yang digunakan
sebagai buku panduan wisata pulau Bawean adalah Scrapguidebook masih termasuk
dalam kategori Travel guidebook.
Pulau Bawean memiliki
sejumlah daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata yang
dapat menarik wisata domestic maupun internasional khususnya wisata bahari.
Sebagai kawasan wisata khususnya wisata bahari kegiatan yang banyak diminati di
kawasan ini adalah olahraga “diving” atau menyelam.Perancangan
scrapguidebook “Destination to Bawean Island” ini bertujuan agar dapat menarik
para wisatawan domestik maupun mancanegara dan membantu memberikan kemudahan para wisatawan yang akan
berwisata ke pulau Bawean.
0 komentar:
Posting Komentar